BERMUHAMMADIYAH JANGAN JUBRIYA

Oleh As'ad Bukhari, S.Sos., MA.
(Alumni Pendidikan Intensif Muballigh Muda Berkemajuan)


Persyarikatan Muhammadiyah adalah organisasi islam modern yang paling cepat pertumbuhan dan perkembangannya dari segi aset, Pembangunan dan usaha. Muhammadiyah memasuki abad keduanya tentu masih banyak hal yang belum mampu diwujudkan tergantung situasi dan kondisi pimpinan Muhammadiyah di daerahnya masing-masing. Akan tetapi secara garis besar Persyarikatan Muhammadiyah telah banyak melalui dinamika kebangsaan baik dari sistem pemerintahan sejak hindia Belanda, baik pergantian pemimpin presiden, baik dari gejolak virus dunia, sampai pada situasi bencana alam yang melanda. Ini membuat kader Muhammadiyah sebagian besar telah banyak mengabdi dan berkerja setulus hati, namun juga ada sebagian kecil dengan motif keangkuhan diri lagi arogansi berorganisasi. 

Sebuah pesan nasihat dan petuah hasanah dari Kiyai Ahmad Dahlan yakni Jangan sesekali kamu menduakan pandangan Muhammadiyah dengan Perkumpulan lainnya. Jangan sentimen, jangan sakit hati kalau menerima celaan dan kritikan. Jangan sombong, jangan berbesar hati kalau menerima pujian. Jangan Jubriya (Ngujub – Kibir dan Riya’). Dengan ikhlas murni hatinya, kalau sedang berkembang harta, pikiran dan tenaga. Harus bersungguh-sungguh hati dan tetap tegak pendiriannya (jangan was-was), itulah pesan otentik dan futuristik dari KH. Ahmad Dahlan sebagai Pendiri Muhammadiyah. Seolah-olah sudah dapat memprediksi dan menggambarkan bahwa kelak warga Muhammadiyah baik pimpinan, kader, pekerja, pelopor, perintis, dan warganya akan mengalami penyakit jubriya.

Bermuhammadiyah jangan jubriya dengan merasa paling berjasa, paling banyak berbuat, paling hebat, paling mampu mengurusi, paling kuat menjalani dan lain sebagainya. Ujub yang dapat diartikan sebagai sombong, tinggi hati, berbangga diri dan besar kepala yang terlihat secara terang-terangan zohir atau tersurat sehingga Bermuhammadiyah hanya bertujuan selalu merasa paling hebat daripada yang lain. Kibir yang dapat diartikan sebagai arogansi,  kengakuhan diri, memandang sebelah mata orang lain, meremehkan lainnya, dan paling hebat walaupun hanya secara tertutup tersirat dalam bathinnya. Riya yang dapat diartikan gila pujian, suka dipopulerkan, gemar diberikan apresiasi dan maunya hanya penghormatan semata dalam bermuhammadiyah. Penyakit Jubriya ini pesan dam teguran keras Kiyai Ahmad Dahlan kepada seluruh pengikut Muhammadiyah terutama bagi para pengurus pimpinan struktural Persyarikatan Muhammadiyah, ortom, AUM dan lembaga di Muhammadiyah. Pentingnya muhasabah diri daripada harus Jubriya dalam bermuhammadiyah, sebab yang dicari hanyalah ridho Allah bukan ridho Manusia.

Sebagai manusia memang tak bisa dipungkiri, bahwa kadang ada perasaan merasa bangga, merasa puas diri, dan merasa berjasa besar dalam bermuhammadiyah dikarenakan hasil capaian yang membuat banyaknya penghormatan sekaligus pemujian kepada tokohnya. Namun tetap harus berhati-hati dengan sifat wara' agar tidak terjerumus kepada sifat ujub, sifat kibir dan sifat riya muncul dalam kehidupan sendiri. Walaupun telah merasa berbuat paling banyak, paling besar, paling lama dan paling berjasa tetaplah selalu bersahaja, selalu qonaah, dan selalu tawadhuk kepada manusia agar menjadi mulai hanya di mata Allah semata. Selalu mawas diri dan koreksi diri jauh lebih penting dalam bermuhammadiyah, daripada harus selalu merasa paling segalanya berbuat untuk Muhammadiyah. Gerakan Muhammadiyah adalah sebagai kendaraan dan tujuan agar mendapatkan keselamatan hidup di dunia dan di akhirat. 

Mari terus belajar keikhlasan dari para pendahulu ketika bermuhammadiyah, juga membaca semua sejarah dan siroh Muhammadiyah terdahulu sampai sekarang agar dapat menumbuhkan cinta, ikhlas, sabar, istiqomah, qonaah, tulus, dan akhlakul karimah lainnya. Bermuhammadiyah bukan dengan jubriya tapi bermuhammadiyah itu dengan lillahi taala, bermuhammadiyah dengan taqwa yakni tawadhuk, qonaah dan wara'. Tetaplah bermuhammadiyah tanpa harus menunggu pujian dan penghormatan, Teruslah bergerak walaupun bermuhammadiyah masih dengan kontribusi kecil, lanjutkanlah perjuangan dalam bermuhammadiyah walaupun masih dalam keadaan lemah tak berdaya tidak sejahtera. Karena Allah yang akan membalasnya dan pasti akan bernilai pahala kebaikan tentunya. Bermuhammadiyah lah terus tanpa harus bersikap jubriya baik kepada sesama warga Muhammadiyah maupun kepada umat manusia lainnya.

Pamekasan, 06 Mei 2025, 06.45 Wib.